Memerangi Pembajakan Buku Mulai dari Diri Sendiri

“Buku adalah jendela dunia” begitu kata orang bijak.

Saya pun sepakat dengan hal itu. Melalui buku, saya dapat mengetahui sejarah sebuah bangsa, kehebatan peradabannya, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya, kehidupan sosial dan budaya masyarakatnya, dinamika perpolitikannya, keunggulan pendidikannya, keindahan panorama alamnya, dan masih banyak lagi.

Mungkin kita tidak pernah berkesempatan mengelilingi dunia, tapi yakinlah dengan buku itu, kita telah melakukannya.

Untuk urusan buku, saya termasuk orang yang beruntung. Sejak kecil saya dibesarkan di sebuah keluarga yang memberikan contoh betapa pentingnya membaca buku. Ayah saya kebetulan seorang yang senang membaca, bahkan memiliki perpustakaan pribadi di rumah.

Dengan kondisi yang demikian, setidaknya dapat menularkan semangat membaca dan mengoleksi buku bagi saya. Bahkan dengan buku-buku yang pernah saya baca telah menginspirasi saya untuk berbagi pengetahuan melalui tulisan.

Bagaimana dengan sahabat pembaca? Apakah termasuk yang senang membaca buku? Kira-kira, kapan sahabat pembaca terakhir sekali membeli buku?

Saya sendiri hingga saat ini masih tetap konsisten untuk membeli buku bacaan. Bagi saya, buku adalah kebutuhan primer. Sebagai seorang guru dan penulis (blogger), saya tentu harus terus menambah wawasan dan pengetahuan, agar saya tetap memiliki “amunisi” dalam mengajar dan menulis.

Dokumentasi Pribadi

Nah, kalau sahabat pembaca bertanya kapan terakhir sekali saya membeli buku, maka jawabnya bulan Sepetember lalu (21/9).

Buku yang saya beli adalah buku dari seorang penulis yang saya kagumi karya-karyanya. Mau tahu siapa orangnya? Prof. Rhenald Kasali, PhD. Buku yang saya maksud berjudul #MO “Sebuah Dunia Baru yang Membuat Banyak Orang Gagal Paham” terbitan Mizan.

Dalam tulisan ini, tentu saya tidak dalam rangka mengupas isi dari buku tersebut. Tetapi saya tetap merekomendasikan buku tersebut bagi sahabat pembaca. Alasannya, mengingat buku ini bernuansa tentang perubahan-perubahan yang sedang terjadi di sekitar kita.

Buku ini tentu akan membantu kita membenahi diri agar tetap lihai berselancar di tengah-tengah gelombang perubahan dan menyikapi berbagai arus disrupsi yang terjadi di era mobilisasi dan orkestrasi seperti sekarang.

Nah, kalau bicara tentang membeli buku, pastikan selalu untuk membeli buku asli di toko terpercaya bukan buku bajakan. Mengapa? Alasananya, ketika kita membeli buku yang asli, tentu kita akan memiliki kepuasan batin dan tidak akan ada beban rasa bersalah yang “menghantui” ketika kita membaca lembar demi lembar buku tersebut.

Selain itu, kita juga sedang mencoba untuk membangun integritas diri. Dengan membeli buku yang asli kita juga sedang belajar menghargai hasil karya orang lain, menghargai usaha dan keringat penulis, serta sedang turut mendukung hal yang baik dan benar sesuai nilai-nilai yang kita anut. Bukankah hal itu telah ditanamkan lewat keluarga dan sekolah tempat kita menimba ilmu?

Sebagai seorang guru, saya pun tetap memiliki tanggung jawab untuk mengingatkan hal itu kepada anak didik di sekolah. “Jangan pernah membeli buku bajakan termasuk memperbanyak buku dengan cara apapun, termasuk fotocopy.

Mungkin kelihatannya sepele, tapi itulah sejatinya pendidikan. Sejak dini, harus ditanamkan kepada anak didik agar mereka menghargai hak cipta orang lain. Dengan demikian ketika mereka sudah besar dan bekerja, prinsip-prinsip tersebut tetap menjadi pegangan.

Kalau kita berbicara tentang urusan bajak-membajak, Indonesia adalah “surganya”. Banyak yang mencoba mencari keuntungan dengan cara yang tidak legal. Padahal di buku sendiri sesungguhnya sudah tertulis sanksi pelanggaran bagi mereka yang melakukan pembajakan terhadap buku misalnya. Tetapi sepertinya tidak membuat orang tergerak nuraninya.

Nah, kalau sahabat pembaca mau ikut memerangi pembajakan buku di Indonesia, mulailah dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan kita berada. Mari berhenti membeli buku bajakan. Maka dengan sendirinya perang itu sudah dimulai. (TS)

3 Replies to “Memerangi Pembajakan Buku Mulai dari Diri Sendiri”

Leave a Reply to Sovi Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *