SDM Unggul, Meningkatkan Daya Saing dan Produktivitas

“Kejayaan minyak dan kayu sudah selesai. Kejayaan komoditas sumber daya alam juga sudah hampir selesai. Untuk ke depan, percayalah, kita harus membangun pondasi sumber daya manusia yang berkualitas, yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.” (Joko Widodo, Presiden RI)

Masihkah kita selamanya mengandalkan dan hanya mampu memanfaatkan sumber daya alam (SDA)? Sementara, kita tahu bahwa SDA itu ada yang terbatas, ada pula yang tidak dapat diperbaharui.

Penulis jadi ingat dengan sebuah pengalaman perjalanan ke daerah operasional perusahaan minyak multinasional di Kalimantan Timur 2015 lalu.

Saat itu kami berkesempatan mendengar ceramah dan berdiskusi dengan pihak perusahaan seputar isu hemat energi. Dalam diskusi tersebut, salah seorang staf menyampaikan bahwa sekarang ini betapa sulitnya mencari ladang minyak baru. Pasalnya, cadangan minyak di perut bumi semakin menipis.

Tentu salah satu solusi yang harus segera dilakukan adalah menghemat energi dan mendorong para peneliti untuk mencari sumber energi terbarukan. Jika tidak, tinggal menunggu waktu, dunia ini akan “lumpuh” dan kesulitan menjalani berbagai aktivitas kehidupan.

Nah, kalau kita berbicara tentang peneliti, maka kita sedang bicara tentang SDM. Artinya, untuk menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan yang ada di sekitar kita, seperti masalah menipisnya sumber energi fosil, tentu kita membutuhkan SDM unggul. SDM yang dinamis, kreatif dan inovatif, serta fokus pada solusi.

Tampaknya untuk urusan SDM ini, bangsa kita sedang memiliki pekerjaan rumah yang besar. Selama ini, daya saing SDM kita sudah sangat jauh tertinggal dengan negara-negara maju.

Sebagai fakta, silahkan melihat data terbaru yang dirilis oleh World Economic Forum (WEF) 2019. Indonesia ternyata menempati peringkat 50 dari 141 negara untuk indeks daya saing global (GCI). Bandingkan dengan data WEF 2018, Indonesia berada pada peringkat 45 dari 140 negara. Artinya, tahun ini peringkat GCI Indonesia ternyata melorot 5 tingkat.

Kalau melihat indikator GCI yang membuat peringkatnya bangsa kita melorot dari tahun sebelumnya yakni berhubungan dengan adopsi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebesar 5,7 poin dari 61,1 menjadi 55,4. Indikator berikutnya yakni kesehatan sebesar 0,9 poin dari 71,7 menjadi 70,8. Sementara komponen lain yang menurun adalah pasar produk sebesar 0,3 poin, serta keterampilan dan pasar tenaga kerja sebesar 0,1 poin.

Nah, bagaimana jika kita bandingkan dengan negara tetangga di Asia Tenggara, harusnya kita malu. Pasalnya, Singapura, Malaysia dan Thailand jauh meninggalkan kita. Singapura berada pada peringkat 1, Malaysia pada peringkat 27, sementara Thailand pada peringkat 40.

Kalau demikian, apa yang harus kita perbuat?

Kita harus segera berbenah. Semua pihak harus bersinergi untuk mengejar ketertinggalan tersebut, karena ini adalah tanggung jawab kita bersama. Apalagi indikator GCI tersebut tidak lepas dari SDM, maka kita harus meningkatkan mutu SDM kita. Sehingga menjadi SDM unggul.

Tentu kita tidak perlu menyesalinya yang sudah berlalu, mari tanamkan semangat optimisme dan perbaikan, agar masa yang akan datang bangsa kita memiliki daya saing global yang lebih baik lagi.

Babak Baru Perjuangan SDM Unggul

Kita patut bersyukur, pemerintah menjadikan SDM sebagai salah satu dari lima prioritas pemerintahan pada periode 2019-2024. Pernyataan itu masih segar dalam ingatan ketika Presiden Joko Widodo menyampaikannya dalam pidato perdananya, setelah dilantik 20 Oktober 2019 lalu.

Bahwa pemerintah akan “Membangun SDM yang pekerja keras, yang dinamis. Membangun SDM yang terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengundang talenta-talenta global untuk bekerja sama dengan kita.”

Untuk mewujudkannya, beliau juga menyampaikan “Tidak bisa diraih dengan cara-cara lama. Cara-cara baru harus dikembangkan. Kita perlu endowment fund yang besar untuk manajemen SDM kita”. Begitu halnya “Kerja sama dengan industri juga penting dioptimalkan. Dan juga penggunaan teknologi yang mempermudah jangkauan ke seluruh pelosok negeri”.

Tentu hal itu tidak semudah membalik telapak tangan, ada banyak persoalan dan tantangan yang kita hadapi untuk mewujudkan SDM unggul di masa yang akan datang.

Sri Mulyani Indrawati (Menteri Keuangan) dalam sebuah kesempatan menyampaikan setidaknya “ada beberapa tantangan yang harus diselesaikan dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia untuk menghadapi revolusi industri 4.0”. Misalnya tingginya angka stunting dan kualitas pendidikan.

Kalau menyimak laporan Nila F. Moeloek (mantan menteri kesehatan) sebelum mengakhiri masa jabatannya mengumumkan bahwa angka stunting di Indonesia tahun ini sebesar 27,67%. Angka itu sebenarnya sudah menurun 3.1% dari tahun sebelumnya.

Tetapi perjuangan belum selesai. Berharap angka stunting dari tahun ke tahun terus menurun. Sebab kita tahu bahwa anak adalah aset bangsa di masa depan. Jika angka stunting masih tetap tinggi di negeri ini, sama saja kita menyiapkan generasi masa depan bangsa yang tidak produktif.

Sesungguhnya untuk urusan kualitas kesehatan, termasuk stunting, pemerintah pun telah mencoba berbagai upaya, termasuk dalam mengalokasikan 5% dari APBN untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.

Kemudian, perlu meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan di wilayah Indonesia yang sangat luas. Harapan agar tidak ada satu pun daerah yang tertinggal dan tidak mampu bersaing dengan daerah lainnya. Maka diharapkan dengan konsep pembangunan daerah 3T, tertinggal, terdepan dan terluar, dapat menjadi solusi pemerataan kualitas pendidikan.

Dari segi anggaran tentu kita tidak perlu meragukan komitmen pemerintah. Bahkan anggaran tertinggi dalam APBN adalah anggaran pendidikan yang mencapai angka 20%. Masalahnya, apakah pengalokasian dana yang besar tersebut akan tepat sasaran, benar-benar untuk kepentingan memajukan SDM unggul?

Berbeda dengan Sri Mulyani, Bambang Brodjonegoro menekankan hambatan dalam meningkatkan SDM bangsa kita karena daya saing SDM Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara Asean lainnya. Kemudian lebih dari separuh pekerja Indonesia masih berada di sektor informal dengan produktivitas yang rendah. Terakhir, rendahnya akses kelompok rentan seperti perempuan, penyandang disabilitas, serta penduduk daerah tertinggal terhadap kesempatan kerja yang berkualitas.

Sesungguhnya, inilah babak baru perjuangan kita untuk meningkatan SDM unggul yang mampu mendorong Indonesia lebih produktif, berdaya saing, dan fleksibilitas dalam menghadapi tantangan global yang dinamis dan penuh risiko.

Untuk itu, kita harus berani menghadapi tantangan dan hambatan dengan kesempatan dan kekuatan yang kita miliki.

Kadin dan Dukungan terhadap SDM Unggul

Apa yang menjadi komitmen pemerintahan Presiden Joko Widodo, ternyata senada dengan salah satu misi yang dimiliki oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin). Misi yang saya maksudkan, bahwa Kadin bersama serikat pekerja dan dunia pendidikan menciptakan sebanyak-banyaknya “tenaga siap pakai” dengan kualifikasi internasional.

Begitu pula dengan tujuan Kadin tersebut seperti yang tercantum dalam UU No.1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri, yakni membina dan mengembangkan kemampuan, kegiatan, dan kepentingan pengusaha Indonesia di bidang usaha negara, usaha koperasi, dan usaha swasta dalam kedudukannya sebagai pelaku-pelaku ekonomi nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan ekonomi dan dunia usaha nasional yang sehat dan tertib beradasarkan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945; serta menciptakan dan mengembangkan iklim dunia usaha yang memungkinkan keikutsertaan yang seluas-luasnya secara efektif dalam Pembangunan Nasional.

Jadi, apa yang menjadi misi dan tujuan Kadin tersebut sesungguhnya dapat bersinergi dengan visi pemerintahan kita saat ini.

Nah, rekan-rekan pembaca sudah tahu belum? Baru-baru ini Kadin Indonesia melakukan RAPIMNAS, tepatnya 28-30 November 2019 di Bali. RAPIMNAS tersebut mengusung tema “Menuju Ekonomi Maju, Berdaya Saing dan Berkeadilan”.

Berharap apa yang menjadi semangat tema tersebut serta hasil rekomendasi RAPIMNAS tersebut dapat mewujudkan bangsa yang maju, masyarakat sejahtera dan SDM unggul. Berikut adalah infografis dari rekomendasi hasil RAPIMNAS Kadin 2019 yang dimaksud.

Mewujudkan SDM Unggul dengan Formula “KADIN”

Sebagai seorang guru, yang saban hari bertemu dengan anak didik, maka saya pun memiliki peran serta dan tanggung jawab menyiapkan anak didik menjadi insan yang unggul sejak dini. Sekecil apa pun peran saya dalam diri anak didik tersebut, ketika tujuan dan cara yang saya lakukan baik dan benar, hal itu akan menjadi bibit yang akan tumbuh subur pada waktunya.

Menurut hemat saya, berdasarkan pengalaman mendidik, setidaknya ada lima hal yang tidak boleh abai untuk membentuk SDM yang unggul sejak dini. Kelima hal tersebut saya meringkaskannya dalam formula “KADIN” (Kreativitas, Antusias, Disiplin, Inisiatif, dan Nilai Diri).

Kreativitas

Mungkin rekan pembaca pernah mendengar hal ini, apa yang membedakan orang pintar dengan orang kreatif. Betul sekali. Orang pintar adalah orang yang mampu memanfaatkan kesempatan. Sementara orang yang kreatif yang mampu menciptakan kesempatan.

Bangsa kita sesungguhnya kekurangan orang kreatif, kalau yang pintar banyak. Padahal untuk mencipta dan menghasilkan karya hebat kita butuh orang-orang yang kreatif. Terlebih di era yang persaingannya semakin kompetitif, kita butuh SDM kreatif. Melatih sejak dini tentu adalah salah satu cara yang efektif agar seseorang memiliki pribadi yang kreatif.

Antusias

Gairah dan semangat merupakan penggerak seseorang untuk bertindak (action). Apapun jenis pekerjaan seseorang tanpa gairah dan semangat maka hasilnya tidak akan maksimal. Membiasakan seseorang bergairah dan bersemangat sejak dini adalah cara yang tepat membentuk SDM yang antusias.

Disiplin

Orang yang disiplin adalah orang yang tertib dan taat aturan. Orang demikian adalah orang yang menghargai setiap kesempatan yang hadir di depannya. Ini adalah satu yang membedakan orang yang berhasil dan tidak. Seorang pelari dan petinju tidak akan mungkin berhasil tanpa disiplin diri yang kuat. Begitu juga dengan perusahaan atau sebuah lembaga, pasti akan memilih orang yang disiplin daripada yang tidak disiplin.

Inisiatif

Orang-orang yang mampu menggerakkan dan membuat sebuah perubahan adalah orang yang memiliki inisiatif tinggi. Tanpa inisiatif maka setiap pekerjaan dan kegiatan akan terbengkalai.

Saya jadi teringat dengan dua tipikal siswa di kelas. Ketika diberikan tugas selalu ada anak yang mengerjakan lebih cepat (tepat) dari waktu yang ditentukan, tetapi ada pula yang mengerjakannya pada detik-detik menjelang pengumpulan tugas. Itu pun dikerjakan dengan tidak maksimal. Hasilnya, pembaca pasti tahu sendiri. Pembeda kedua anak tersebut adalah pada inisiatif.

Dalam dunia kerja, baik bekerja pada orang lain atau pada diri sendiri, inisiatif sangat dibutuhkan. Untuk itu latihlah inisiatif seseorang sedini mungkin, yakni untuk menghasilkan SDM unggul.

Nilai Diri

Penghargaan terhadap diri atau orang lain, penghargaan terhadap pekerjaan, dan yang lainnya, terbentuk karena nilai diri. Orang memberikan yang terbaik, melakukan yang berguna, memilih yang benar, tentu karena memiliki nilai diri yang baik.

Nilai dirilah yang membentuk karakter seseorang. Apa yang menjadi keyakinannya, prinsip hidupnya akan membentuk nilai diri. Biasakan dan latihlah seseorang dari sejak kecil untuk memiliki nilai diri, sehingga kelak menjadi pribadi yang unggul.

Itulah lima hal yang mendasar yang harus dibentuk sejak dini dan harus dimiliki hingga kapan pun. Ketika memiliki hal tersebut, maka seseorang akan memiliki modal mengembangkan daya saing dan produktivitas diri. Salam.

Sumber Referensi:

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/10/inilah-penyebab-penurunan-daya-saing-indonesia

https://indonesiadevelopmentforum.com/2019/article/15094-bappenas-peningkatan-kualitas-sdm-hadapi-3-kendala

https://kadin.id/

https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ini-tantangan-peningkatan-kualitas-sdm-indonesia-hadapi-revolusi-industri-40/

More From Author

25Comments

Add yours
    • 2
      Thurneysen

      Terimakasih Ms. Wahyu sudah mampir di blog-ku. Semoga tulisan ini dapat menginspirasi untuk menyemangati anak didik agar mempersiapkan diri menghadapi masa depan dengan SDM unggul. Tetaplah semangat menjadi #GuruPenggerak

  1. 3
    Elfrida Saragih

    Setuju dengan penulis, untuk meningkatkan SDM yang unggul, sejak dini diperlukan formula KADIN (Kreativitas – Antusias -Disiplin – Inisiatif – Nilai Diri).
    Semoga bermanfaat untuk Indoneaia yang lebih maju.

  2. 17
    Thurneysen

    Terimakasih Ms. Putri sudah mampir di blog saya.

    Amin. Semoga saja tulisan ini dapat bermanfaat bagi orang banyak, khususnya untuk menginspirasi peningkatkan kualitas SDM.

  3. 18
    Yullyana

    Saya setuju SDM ini sungguh menjadi aspek yang penting. Kekayaan SDA Indonesia tidak akan terolah dengan baik tanpa adanya SDM yang unggul. Kiranya lewat KADIN, SDM Indonesia dapat semakin unggul. Maju Indonesia!

    • 19
      Thurneysen

      Terimakasih Ms. Yully sudah merespon tulisan ini. Benar, harapan kita SDM Indonesia dapat semakin unggul dan membuat Indonesia maju.

    • 21
      Thurneysen

      Terimakasih Mas Tri Bintang Utama sudah mampir di blog ini.
      Setuju, semoga Sumber Daya Manusia di Indonesia semakin unggul.
      Salam kenal

  4. 22
    Arisma Romalan Barus

    Selain edukasi yang bagus untuk mengingatkan bahwa SDM sebagai portofolio paling penting untuk mendapat perhatian dalam pengelolaan sumber daya dan kesiapan dalam menghadapi perubahan perilaku dan teknologi, tulisan ini juga sangat bermanfaat untuk evaluasi dan pengembangan diri.
    Selamat menjadi bagian pembangunan bangsa dan teruslah berkarya.

  5. 25
    Thurneysen

    Terimakasih Pak Sutarno, yang selalu menginspirasi. Tetap semangat menularkan ilmu dan didikannya untuk para generasi penerus bangsa. Salam.

Leave a Reply to Thurneysen Cancel reply