Memutus Mata Rantai Anemia, Mengurus Generasi Masa Depan Bangsa

Anemia kurang zat besi, masalah saat ini, penentu masa depan bangsa

(Diana Sunardi).

***

“Kalau kamu terus menerus mengantuk, kurang konsentrasi belajar, bawaannya lemas dan malas bergerak, alangkah baiknya kamu memeriksakan kesehatan. Jangan-jangan kamu sedang mengalami anemia.Begitu pesan guru kami kepada seorang teman di kelas, yang saban hari bawaannya mengantuk, lemas dan tidak konsentrasi belajar.

Itu adalah kali pertamanya saya mendengar istilah anemia. Saat itu saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Setidaknya, sejak saat itu saya memiliki gambaran tentang ciri-ciri orang yang sedang mengalami anemia.

Sebenarnya, apakah yang dimaksud dengan anemia tersebut?

Pada sebuah acara talkshow yang bertemakan “Peran Nutrisi dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi”, Dr.dr. Diana Sunardi., M.Gizi, Sp.GK (Dokter Spesialis Gizi Klinik dari Indonesian Nutrition Association) menyampaikan bahwa anemia suatu kondisi rendahnya kadar Hb dibandingkan dengan kadar normal, yang menunjukkan kurangnya jumlah sel darah merah yang bersirkulasi.

Sumber infografis : youtube Nutrisi Bangsa

Untuk mengetahui berapa sebenarnya kriteria dan klasifikasi seseorang dikatakan mengalami anemia tersebut? Anda dapat melihat petunjuk pada tabel yang tertera di atas. Pada tabel tersebut Anda dapat melihat klasifikasi anemia berdasarkan kelompok umur. Baik itu untuk kategori ringan, sedang, maupun kategori yang berat.

Pokok Masalah Penting yang Perlu dipahami Berhubungan dengan Anemia

Untuk memahami lebih jauh tentang anemia, dalam talkshow yang diselenggarakan oleh Nutrisi Bangsa (Danone Indonesia) tersebut, Diana Sunardi mengajak pendengar untuk mengetahui dan memahami empat pokok permasalahan penting seputar anemia.

Pertama. Bagaimana prevalensi anemia pada remaja, ibu hamil, menyusui dan balita di Indonesia. Kedua. Mengapa anemia merupakan tantangan lintas generasi, dimulai dari masa anak hingga remaja. Ketiga. Bagaimana gejala dan dampak jangka pendek dan jangka panjang anemia. Keempat. Bagaimana cara dan upaya pencegahan anemia pada remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan balita.

Kalau kita bicara tentang prevalensi anemia pada ibu hamil, balita, anak dan remaja di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas (2013) berikut ternyata masih tergolong tinggi.

Sumber infografis : youtube Nutrisi Bangsa

Artinya, melihat angka-angka tersebut menunjukkan adanya tantangan terberat yang harus dihadapi, yakni pada masa balita (laki-laki 29,7% dan perempuan 26,5%), anak-anak 6-12 tahun (laki-laki 28,0% an perempuan 27,4%), remaja >=15 tahun (perempuan 22,7% dan laki-laki 16,6%) serta ibu hamil 37,1%. Untuk itu sangat diperlukan perhatian khusus pada pertumbuhan dan perkembangannya.

Misalnya, masa hamil adalah masa krusial atau masa yang sangat menentukan bagi seorang bayi. Masa Ibu hamil harus benar-benar memperhatikan kesehatan diri maupun kandungan. Sebab ketika ibu sedang mengandung, dia sesungguhnya bukan hanya mengandung seorang bayi, tetapi sedang mengandung generasi penerus keluarga, masyarakat dan bangsa. Tentu berharap bayi yang akan dilahirkan adalah bayi yang sehat, cerdas dan kuat.

Setelah bayi dalam kandungan dilahirkan, dia akan memasuki masa-masa balita. Ini juga tidak boleh luput dari perhatian, sejatinya masa balita merupakan masa penting untuk mempersiapkan pertumbuhan dan perkembangan menuju tahapan berikutnya, yakni masa anak-anak. Terutama yang tidak kalah penting, bayi tersebut harus benar-benar diperhatikan masa 1000 harinya. Hal ini merupakan upaya untuk menghindari “stunting” pada anak.

Setelah melewati masa anak, dia akan memasuki masa remaja. Kita tahu bahwa masa remaja merupakan masa-masa yang energik dan produktif untuk belajar, bermain dan membangun berbagai pengalaman. Jikalau masa ini terganggu kesehatannya, sama saja sedang menghambat proses merajut masa depan. Mereka adalah generasi penerus bagi keluarga, masyarakat dan bangsa. Seorang remaja harus tumbuh menjadi pemuda yang sehat, tangguh dan cerdas .

Sekali lagi, untuk kesehatan ibu hamil, balita, anak, dan remaja yang tangguh, kuat dan sehat sesungguhnya sedang mempersiapkan generasi terbaik di masa depan. Selain pendidikan, kesehatan adalah sarana yang dapat mendukung generasi penerus bangsa menjadi generasi berkualitas dan produktif, yang siap berkompetisi secara global dan berkontribusi bagi kemajuan masyarakat dan bangsa di masa depan.

Mengingat anemia masih menjadi masalah serius bagi kategori umur yang sudah dipaparkan tadi, khususnya bagi generasi penerus bangsa, maka perlu perhatian khusus untuk pencegahannya atau penangannya bila sudah terjadi.

Sebelum kita melangkah jauh pada cara dan upaya pencegahan anemia pada ibu hamil, ibu menyusui, balita, anak dan remaja, alangkah lebih baiknya kita memahami terlebih dahulu bagaimana sebenarnya gejala dari anemi tersebut, baik gejala secara umum atau gejala yang dapat kita lihat pada seorang anak.

Secara umum, yang menjadi gejala dari anemi tersebut dapat diketahui melalui kelopak mata yang pucat, kulit juga pucat, sakit kepala, nafas cepat atau sesak nafas, nadi cepat, tekanan darah rendah, nadi serta pembesaran limpa.

Bagaimana pula dengan gejala pada ibu hamil? Wajahnya, terutama kelopak mata dan bibir tampak pucat, kurang nafsu makan, lesu dan lemah, cepat lelah, sering pusing dan mata berkunang-kunang.

Sementara gejala anemia pada anak kecil dapat dilihat dari gangguan konsentrasi, gangguan pertumbuhan, cenderung mengantuk, tidak aktif bergerak, tidak nafsu makan, pusing, lemas dan rewel.

Itulah gejala anemia baik secara umum, maupun gejala yang terdapat pada ibu hamil dan anak-anak. Artinya, kalau sudah melihat gejala-gejala demikian, sebaiknya segera mengambil tindakan. Memeriksakan kesehatan yang bersangkutan ke rumah sakit atau puskesmas, sehingga masalahnya tidak semakin fatal.

Tindakan dan penanganan yang cepat itu merlu, mengingat bahwa ada banyak dampak serius yang dapat ditimbulkan oleh anemia tersebut. Sehingga memang benar-benar perlu penanganan yang serius.

Misalnya, gangguan anemia pada ibu hamil ternyata dapat menimbulkan kondisi peningkatan tekanan darah (preeklemsia), infeksi, kelahiran bayi prematur, gangguan pertumbuhan janin, gangguan fungsi jantung, serta pendarahan pasca melahirkan.

Sementara untuk jangka panjang, gangguan anemia tersebut dapat menurunkan daya tahan tubuh, menurunkan kebugaran, menurunkan prestasi belajar anak, menurunkan kinerja seseorang, serta menimbulkan infeksi dalam tubuh.

Kalau begitu, bagimana sesungguhnya upaya pencegahan anemia pada remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan balita?

Seseorang harus benar-benar memperhatikan asupan makanan. Misalnya, harus memperhatikan makanan yang kaya akan zat besi, sehingga tubuh mendapatkan penyerapan zat besi. Makanan yang tinggi zat besinya dapat diperoleh dari daging tanpa lemak, telur, sayur hijau dan sereal. Makanan yang mengandung zat besi tersebut tentu akan menghasilkan hemoglobin di dalam sel darah merah, yang dapat memungkinkan untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.

Selain itu, seseorang butuh juga makanan yang mengandung vitamin B12. Adapun makanan yang kaya vitamin B12 seperti daging, unggas, ikan, hati hewan, telur, kerang laut, dan susu pertumbuhan. Perlu diketahui bahwa Vitamin B12 adalah nutrisi penting yang dapat membantu pembentukan sel darah merah sehat.

Dapat juga mengonsumsi makanan yang mengandung asam folat seperti buah jeruk, kacang polong, sayuran hijau, dan sebagainya. Begitu pula dengan makanan yang mengandung vitamin C.

Dengan memahami hal-hal di atas, saatnya kita melakukan tindakan pencegahan terhadap Anemia Defisiensi Besi (ADB) pada diri kita, keluarga, terutama generasi penerus bangsa yang sehat, kuat dan cerdas, guna merajut atau menapaki masa depan.

Akhir kata, mari kita serius mengurus generasi masa depan bangsa, agar kelak dapat menjadi tumpuan bangsa, melanjutkan tongkat estafet pembangunan dan pemerintahan. Menjadi pemimpin yang sehat, cerdas dan kuat, agar mampu bersaing secara global. [Thur]

Sumber referensi:

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours